Drama
operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Akil
mochtar (AM) telah meruntuhkan kepercayaan publik terhadap Mahkamah
Konstitusi (MK) yang sempat mendapatkan apresiasi Masyarakat di era
kepemimpinan Mahfud, MD.
Namun demikian, operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK di rumah dinas
Akil Mochtar sarat dengan konspirasi karena berkaitan dengan berbagai
keputusan-keputusan sengketa Pilgub dan Pilkada di sejumlah daerah.
Selain persoalan politis yang ramai beredar, ditemukannya sejumlah obat
terlarang berupa dua pil sabu berwarna hijau dan ungu yang mengandung
zat metamfetamin dan empat linting ganja, yang tiga di antaranya
ditemukan dalam kondisi utuh, sedang satu sisanya ditemukan dalam
kondisi bekas pakai seolah mempertegas hancurnya paradigma masyarakat
terhadap lembaga hukum tertinggi Negara.
Kejadian diatas memunculkan berbagai spekulasi. disatu sisi
(ditemukannya obat terlarang) menambah daftar kesalahan AM, juga
sekaligus meneguhkan asumsi negatif masyarakat terhadap Mahkamah
Konstitusi. sedangkan spekulasi lainnya adalah menganggap kasus operasi
tangkap tangan dan obat terlarang sebagai konspirasi penguasa tertentu
melaui KPK.
Dengan demikian seluruh kejadian diatas memunculkan banyak telaah yang
salah satunya menjurus pada drama kekuasaan Negara yang sarat dengan
skenario besar dan kepentingan menjelang tahun politik.
Pasalnya bereangkat dari ironi atas jenis gerakan yang dilakukan KPK
dalam memberantas korupsi. Dalam setahun terakhir hampir semua elit yang
ditangkap oleh KPK secara bergantian mengarah kepada (penyingkiran)
salah satu tokoh terhadap tokoh lainnya, dari satu partai politik kepada
partai politik lainnya. Jelas jenis gerakan tersebut bukan sebuah
kebetulan, melainkan bersumber pada seorang penguasa Negara yang
sebetulnya ingin menunjukkan kuasa pada semua lawan politiknya. (RR/RR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar